• First... •
[Caca's POV]
Setelah makan siang tadi, gue dan Uyon window shopping sebentar. Gue emang bener niatnya window shopping doang karena lagi hemat, tapi si tuan muda Cho Seungyoun ini gercep banget ngeluarin dompetnya tiap kali gue bilang ada baju, sepatu, atau tas yang lucu. Akhirnya gue mencoba buat diam aja setiap ada yang gue pengen, biar nggak ketauan sama Uyon.
Ternyata gue kecolongan sekali waktu Uyon gue tinggal pergi ke toilet. Keluar dari toilet, gue lihat dia udah bawa satu shopping bag The Body Shop.
“Bener kan, Ca? Tadi yang lo suka yang bau moringa ini?” katanya sambil memberikan shopping bag itu. Isinya body butter dan eau de toilette varian moringa favorit gue. Padahal gue nggak bilang sama sekali kalau gue suka banget bau ini.
“Gue nebak aja sih soalnya tadi lo nyoba-nyoba ini lama banget hehehe” lanjut Uyon. Jujur tersentuh sih, dia perhatian banget berarti, sekecil apa pun gerak-gerik gue.
“Bener.... Tapi kenapa dibeliin sih...” kata gue nggak enak sama dia.
“Gapapa, pengen aja. Kan gue bilang tadi hari ini all on me. Diterima ya, pokoknya kalo nggak diterima gue marah” ancam Uyon.
“Uhh iya iya, makasih ya, Yon”
“Kalo emang masih nggak enak sama gue, balesnya ini aja” kata Uyon sambil merentangkan tangannya lebar-lebar.
Gue menangkap kode tersebut dan memeluk erat Uyon.
“Kesempatan ya hmm” kata gue.
“Lah yang lebih sering meluk duluan siapa?”
Gue nyengir aja ke dia.
Setelah itu, kita menuju ke event utama hari ini; ferris wheel! Sampai di sana, gue langsung minta Uyon fotoin gue.
Nggak salah gue pakai dress pink hari ini. Karena ferris wheel-nya warna ungu, di foto jadi terlihat bagus dan selaras dengan penampilan gue. Ditambah Uyon jago banget ambil fotonya.
“Bagus banget hasilnya, Yon!!! Lo pernah belajar fotografi ya?” kata gue girang melihat hasil-hasil foto yang diambil Uyon.
“Nggak juga sih tapi kan gue sering ambil foto buat portofolio kalo design di tempat klien udah selesai, jadi biasa motret deh hehe”
“Mulai sekarang gue mau bawa lo aja ah kalo lagi pengen foto-foto di tempat bagus”
'Sekalian nge-date kayak hari ini, hehe'
“Haha, use me however you want, Ca, I mean it. Btw ini jadi mau naik ferris wheel-nya apa foto-foto doang nih?” tanya Uyon.
“Yuk naik sekarang!” jawab gue sambil menarik Uyon ke loket penjualan tiket.
—-‐———————-
[Uyon's POV]
Asli, gue nggak ngerti lagi sama cewek ini.
Kemarin dia yang ngajak gue buat naik ferris wheel tertinggi di Jakarta ini. Iya sih kita jadi naik ferris wheel-nya, tapi dia pegangan ke gue kenceng banget dari pertama kita masuk ke sana.
“Yon, pegangan boleh ya?” kata Caca sambil memegang erat tangan gue. Raut mukanya penuh kekhawatiran.
Sampai di dalam kapsul pun dia masih pegang erat tangan gue, makin erat malah sampai-sampai tangan gue terlihat merah saking kencengnya.
“Lo takut ketinggian ya, Ca? Batal aja apa?” tanya gue khawatir, tapi sambil ketawa kecil ngeliat kelakuan dia.
“Dikit. Mana bisa batal sih Yon orang udah jalan, gapapa kok”
“Kalo engga duduknya sini sebelahan aja biar nggak serem-serem amat” gue perlahan menarik tangan Caca yang duduk di seberang gue. Ternyata gerakan gue itu justru bikin kapsul kita makin goyang.
“Nggak!!! Gamau!!! Tuh kan Yon jadi goyang-goyang!!!! Gue mau di sini aja biar seimbang!!!” Caca teriak panik ngomel-ngomel ke gue.
“Kalo engga tutup mata aja deh biar nggak takut” gue usul cara lain.
“Ya terus apa gunanya gue naik ini dong, Yon?! Gimana sih?!” Caca lanjut ngomel.
Guenya ketawa aja, geli lihat dia sok kuat padahal takut.
“Pokoknya jangan lepas tangan gue ya, Yon...” Caca memohon ke gue.
“Nih pegang tangan gue dua-duanya deh biar aman” gue menjulurkan tangan gue yang satu lagi untuk dia pegang.
“Jangan, tangan lo yang satu lagi buat foto-foto aja”
Masih bisa aja mikirin foto-foto ini anak, padahal mukanya tegang begitu.
Gue ambil HP gue dan foto-foto pemandangan sekitar kapsul kita yang makin lama makin naik tinggi. Gue juga foto Caca dengan muka takutnya. Sambil foto gue tersenyum jahil.
“Kenapa gue juga difoto sih??!!” protes Caca.
“Hahaha kenang-kenangan Ca, kalo pernah ada orang ngajakin gue naik ferris wheel tapi orangnya takut sendiri”
Caca manyun diledekin sama gue.
Selesai foto-foto, gue menyimpan kembali HP gue di kantong celana, lalu memegang tangan Caca yang satu lagi setelah sebelumnya sempat mengacak-acak rambut gadis cantik ini. Gue elus tangannya perlahan menggunakan ibu jari gue, supaya dia nggak tegang lagi.
“Kalo udah tau takut kenapa maksa naik sih, Ca?” tanya gue.
“Supaya nggak takut lagi” jawab Caca singkat.
“Hah? Maksudnya”
“Katanya kalo takut itu jangan dihindarin, justru dihadapin biar nggak takut lagi. Makanya gue beraniin naik ini. Gue beraniin demi sesuatu yang pengen banget gue lakuin”
“Apa tuh?”
“Gamau kasih tau ah, malu”
“Lah kenapa malu?”
“Soalnya gitu doang keinginannya... Nggak penting...” Caca menundukkan kepalanya.
“Hahaha apaan sih Ca. Buruan ih gue penasaran” paksa gue.
“Itu.... Gue pengen banget naik Singapore Flyer...”
“Oalah, gue kira apa”
“Kan gue udah bilang nggak penting...” kata Caca kecewa mendengar reaksi gue.
“Eh eh nggak gituuuu, tapi beneran cuma gara-gara itu, Ca?”
“Hmm, ada yang lebih spesifik sih”
“Mau tau please”
“Gue pengen naik Singapore Flyer sama orang yang paling gue sayang, trus gue mau hari itu jadi hari dimana gue bisa janji sama orang itu dan diri gue sendiri kalau kita bakal saling sayang selamanya. Nggak akan mengkhianati satu sama lain, nggak akan nyakitin satu sama lain, dan bakal bahagia sampai ajal menjemput nanti”
“Simpelnya pengen dilamar di Singapore Flyer, gitu nggak sih?” gue menyingkat kata-kata Caca.
“Iya..... Gitu deh. Lebay banget ya? Makanya gue maluuuu ini bilangnyaaaa, sumpah ya gue belom pernah bilang ini ke siapa pun, baru ke lo doang” kata Caca yang mukanya mendadak jadi merah. Malu beneran ternyata dia.
“Kenapa harus di sana, Ca?” tanya gue penasaran.
“I don't know... Maybe just because I love Singapore too much? Gue suka banget sama suasana di Singapore, Yon. Mungkin kebanyakan orang-orang cuma lihat Singapore sebagai kota yang padat dan sibuk, but for me that city has its own romantic charm. When someone ask about romantic places, most people maybe will say Paris or Venice. But for me it's Singapore, on a capsule of Singapore Flyer when it reached its highest peak, then you can see the view of entire Singapore. Gue belom pernah beneran rasain tapi gue bisa bayangin gue bakal bahagia banget kalo bisa ada di situasi itu sama orang yang gue sayang” Caca cerita dengan mata yang berbinar-binar.
Caca's vision about her own future made me can really imagine how it will be when I take her to a more serious relationship phase.
Now I really want to be the one who take Caca see Singapore's view from the highest peak of that ferris wheel.
“Makanya gue mau latihan naik ferris wheel dari sekarang, Yon. Biar nanti nggak ketakutan pas hari itu terjadi, biar nggak malu-maluin hahaha” lanjut Caca.
Bersamaan dengan pernyataan Caca itu, kita sampai di puncak tertinggi ferris wheel ini.
“Caca” panggil gue.
“Hmm?”
“Apa yang nanti bakal lo lakukan di hari itu, mau coba latihan juga nggak?”
“Hah? Maksudnya gimana Yon-”
I pulled Caca closer to me, then softly pressed my lips on top of hers. I closed my eyes and kissed her lovingly. My hands still holding hers, afraid she will start to panic if I let her hands go.
Sesekali gue buka mata gue sedikit untuk melihat paras cantiknya. Dia hanya diam, mukanya panik, bibirnya tidak membalas ciuman gue.
This must be her first kiss.
Knowing that, I pulled out myself from her, ending our first kiss. I gently swipe my thumb over her lips then put my hand on her cheek.
“Maksudnya latihan yang kayak gini. Nanti pas di hari itu pasti ada deh, percaya sama gue” kata gue sambil tersenyum.
Caca hanya menatap gue lekat-lekat. Mukanya makin merah, gatau karena malu atau marah sama gue.
Gue balas tatapan mata dia sama lekatnya. Then we just stared each other for some time. Sambil sesekali gue elus rambut panjangnya.
“Ih, Yon... Kenapa sih...” Caca membuang muka dan mengakhiri keheningan di antara kita berdua.
“Kenapa apanya?”
“Kan gue gatau cara balesnya gimana kalo lo cium-cium gitu...” kata Caca polos.
“Ahahahaha yaudah gapapa sekarang gausah dibales dulu, kan namanya juga latihan. Besok-besok belajar cara balesnya yaa, hehe” ujar gue.
Caca mendengus sebal. Dia berusaha untuk menahan senyumnya dengan membuang muka lagi.
Tolong ya Tuhan, nggak kuat sumpah gemes banget.
Kalo gue nggak pakai logika mungkin dia udah gue cium lagi sekarang. Tapi nggak boleh, sekali dulu aja. Take it slow, Yon.
'Let me be the one who take you up to the sky and see the view you've always wanted'
'Let me be the one who take your promises, also let me be the one who will give promises to you'
'Let me be the first and last for you, Cantika Andini'