• Your Dress •

[Author’s POV]

Caca and Uyon are having the best time of their lives.

Setelah Caca buka-bukaan soal masa lalunya, hubungan mereka kini semakin dekat. Walaupun Uyon jadinya super protektif ke Caca.

“Ya masa sih gue nggak boleh pake rok, Ran??” protes Caca yang sedang curhat ke Rania.

“Kan boleh kalo lagi sama dia” jawab Rania tak acuh, masih sibuk menyantap bakso pesanannya.

“Ya tapi kan gue kadang-kadang pengen juga gitu pake rok ke kantor. Kan kalo ke kantor juga dia suka anter jemput, trus di kantor emang siapa sih jir yang peduli gue pake rok. Kenapa tetep nggak boleh coba??”

“Tuh, kata lo nggak ada yang peduli lo pake rok, ya gausah pake nggak sih?”

“Kok lo belain dia??” Caca ngambek karena Rania malah membenarkan Uyon, bukannya membela dia.

“Well, nggak belain sih cuma mencoba ngambil kesimpulan aja dari pernyataan lo haha. Udah ah, sepele banget sumpah. Eh, Ca, trus setelah lo cerita itu, lo sempet kambuh nggak?” tanya Rania penasaran.

“Sempet, Ran. Waktu itu emang lagi ujan deres dan petirnya banyak banget, tapi karena Uyon bilangnya dia lagi banyak kerjaan gue gamau ganggu jadi gue coba buat nenangin diri sendiri aja sampe ketiduran”

“Ih! Kebiasaan banget sih! Padahal kan bisa telepon gue… Trus trus gimana akhirnya?”

“Akhirnya ya… Mimpi buruk lagi lah hehehe. Tentunya gue baru inget pas bangun paginya, tiba-tiba Uyon udah ada di apartemen aja pokoknya. Kalo kata dia sih, gue telepon dia jam 2 pagi nangis-nangis, jadi dia langsung nyamperin gue. Dia kan udah gue kasih kunci tuh jadi dia langsung masuk. Pas dia masuk gue lagi duduk di kasur gemeteran parah, trus nangis makin kenceng pas udah ada dia. Yaudah dia yang nenangin gue sampe akhirnya tidur lagi, gitu katanya”

“Berarti Uyon nginep di tempat lo?”

“Iya, dia stay sampe pagi, sarapan bareng trus anter gue ngantor baru pulang. Kenapa gitu?”

Rania mengernyitkan dahinya tanda curiga. Sementara Caca ngedip-ngedip mata aja, nggak punya ide sama sekali Rania lagi mikir apa.

“Nggak diapa-apain kan?” tanya Rania.

“Maksudnya diapa-apain apaan?” Caca tidak mengerti maksud Rania.

“Ya… Dipegang sininya gitu, atau yang bawah mungkin?” jelas Rania sambil memegang bagian atas dadanya.

“IHHHHH APA SIH RAN!!!!” Caca menutup muka karena malu, mukanya langsung memerah.

“KOK LANGSUNG MERAH GITU SIH MUKANYA???”

“YA ABIS LO NANYANYA GITU MAKSUDNYA APA SIHHHHHH!!!!”

“Ya gue kan cuma mau memastikan itu kunci yang dia pegang digunakan emang untuk darurat aja gituu.

Tapi ngeliat reaksi lo gue malah makin curiga…”

Caca yang masih menutup mukanya mengintip sedikit dari balik jari-jari tangannya, namun masih enggan menjawab pertanyaan Rania tadi.

“Heh, jawab sih kalo ditanya?”

Caca malah makin menutup muka.

“You don’t say....”

“Ya kan kenalnya udah lama, Ran…”

“Then?”

“Like kissing is our daily routine anyway…”

“...YOU TWO ALREADY DID ‘THAT’????”

***

“Lucu banget bajunya, ehe” Uyon memuji Caca yang sedang memakai chiffon mini dress berwarna merah, sangat cocok dengan kulitnya yang berwarna terang.

dress

“Padahal aku pengen banget ngantor pake ini” kata Caca kesal.

“Nggak boleeeeh rok sama dress kamu semuanya punya aku, cuma boleh pakenya kalo lagi sama aku hoho” Uyon meledek Caca sambil mencubit-cubit gemas pipi gembilnya.

Caca dan Uyon sedang menikmati quality time mereka di akhir minggu ini. Quality time buat mereka sederhana saja, hanya perlu nge-mall atau makan siang di restoran/cafe yang lucu (supaya Caca bisa foto-foto), lalu pulang ke apartemen Caca untuk nonton drakor bareng. Oh, sering juga sih ke rumah Uyon biar nonton drakor-nya bareng Mbak Ugi, tapi lebih sering ke apartemen Caca.

Layaknya dua sejoli yang lagi anget-angetnya pacaran, pasti lah mereka terus-terusan skinship kalo lagi ada kesempatan. Apalagi kalo lagi nonton drakor, bahasa kerennya ‘Netflix and chill’ kan tuh, biasanya di situ kesempatan mereka untuk sayang-sayangan. Ya Uyon nontonnya sambil meluk pinggang Caca lah, ya nanti Caca nyium pipi Uyon, trus ntar Uyon bales pake cium di bibir, abis itu main kelitikan satu sama lain, trus ndusel-ndusel lagi, udah muter aja terus kayak gitu.

Tapi, biasanya cuma sampai di level itu aja, nggak lebih.

Not today.

“Ca, langsung nonton aja dong sumpah aku penasaran parah lanjutannya kayak apa” pinta Uyon sesaat mereka masuk ke apartemen Caca, lalu buru-buru menyalakan TV dan menyambungkan Netflix dari HP-nya

“Jangan mulai dulu, aku ganti baju bentar” kata Caca.

“Aaah gausah langsung aja udah siniii” Uyon menarik Caca keluar dari kamarnya dan mendudukkan Caca di sofa, kemudian dia duduk di sebelahnya.

“Okay, since kamu hari ini lagi nggak nyebelin-nyebelin banget aku turutin. Ututu gemes banget deh yang jadi doyan nonton drakor sejak ketemu sama aku” ujar Caca sambil bersandar ke Uyon dan menggelitik dagu lelakinya itu. Yang punya dagu nggak peduli, lagi fokus memasang drakor yang akan mereka tonton.

Sudah tiga episode berturut-turut mereka tonton, tapi Uyon nggak ada gerak-geriknya mau pulang padahal sudah jam 11 malam. Caca udah ngelirik-lirik mulu ke arah Uyon, bertanya-tanya kapan ini anak mau pulang, karena dia udah ngantuk.

“Bilang aja sih, Ca, kalo mau ngusir aku” ternyata Uyon membaca pergerakan mata Caca.

“Eh… Engga kok…” Caca jadi kikuk karena ketahuan.

“Jadi aku boleh nih nggak pulang?”

“Hah? Ya nggak gitu juga…”

“Hahaha kenapa sih lucu banget kalo awkward gitu” kata Uyon sambil mengusap lembut mata Caca yang terlihat sayu karena ngantuk.

“Kamu udah ngantuk ya, sayang?” tanya Uyon.

“Emm… Dikit?”

Uyon menatap Caca lekat-lekat, dia mengamati satu persatu bagian wajah Caca. Mata, hidung, bibir, semua dia tatap lekat-lekat dan dia usap lembut. Caca mulai deg-degan karena nggak biasanya Uyon seperti ini.

“Caca”

“Hmm?”

“You’re sexy when you’re sleepy”

Caca kaget, mukanya langsung memerah seperti tomat. Dia menutupi mukanya untuk menyembunyikan wajah malunya.

“Apaan sih, Yon! Kenapa tiba-tiba ngomong gitu!”

Uyon menggenggam kedua tangan Caca lalu membuka barikade muka cantiknya itu.

“Nggak tiba-tiba ya. Dari dulu aku mikirnya gitu” katanya.

Sesaat setelah Uyon mengatakan itu, layar TV menayangkan sebuah adegan panas dari drakor yang sedang mereka tonton. Seperti sudah diatur oleh semesta, kebetulan baju yang dikenakan oleh wanita di layar itu berwarna merah, persis seperti baju yang dikenakan Caca saat ini.

Keadaan ini membuat Uyon ingin mengeluarkan sisi yang tidak pernah dia perlihatkan ke Caca.

Karena Caca sudah menjadi miliknya kan?

Jadi Caca sudah boleh menjadi tidak suci.

“Ca, malam ini gausah tidur, yuk?”

Uyon lalu mencium Caca dan mendorongnya sampai terbaring di sofa. Uyon menggunakan kedua tangannya sebagai borgol untuk kedua tangan Caca, memastikan gadisnya ini tidak bisa kabur. Caca sedikit berontak, namun tidak menolak ketika Uyon menciumnya lebih dalam lagi.

Their make out session lasts for a while. Uyon kissed her very sensually and made Caca let out little moans to their kiss. Uyon then kisses Caca’s neck and makes a lot of marks on it. He also doesn't forget to play with Caca’s ear, giving her feathery kisses, gaining more moans from his girl.

“Ngghhh… Yonnnhh…”

“We continue this on bed”

Uyon lalu dengan mudahnya menggendong Caca dan membawanya ke kamar. Dia meletakkan Caca dengan perlahan di kasur lalu mulai menciumi dan menggerayangi tubuhnya lagi. Caca, yang kali ini tangannya sudah bebas dari sekapan Uyon, tidak mau kalah. Dia memasukkan tangannya ke dalam kaos yang dipakai Uyon dan menyentuh lembut perut keras Uyon hasil rajin pergi ke gym. Sentuhan itu membuat Uyon juga mengerang.

“Hngghh gosh, Ca… Can I touch you too?”

Tanpa basi-basi, Caca membawa tangan lelakinya itu ke atas si kembar miliknya yang masih tertutup lengkap. Uyon kemudian meremasnya, membuat erangan Caca semakin menjadi-jadi.

Uyon membuka baju dan celana jeans yang dia pakai, lalu membantu Caca melepas pakaiannya juga.

“Untung kamu pake dress, jadi gampang lepasnya ehehe. Yang ini boleh dilepas juga nggak?” tanya Uyon sambil memainkan tali bra Caca. Caca yang sudah kepalang enak hanya bisa mengangguk lemah.

“Just take it off, please, I don’t care, just continue what you’re doing” pinta Caca dengan suara mendesah

“With pleasure, my dear” Uyon then skillfully takes off her bra and throws it carelessly. He then proceeds to devour Caca’s perky breasts. He kisses them, squeezes them, and sucks them like there’s no tomorrow. As if he found something to eat after starving for days.

“Yon yon- aaaahh… Please, please… Hnggh please geli banget…”

“Wet already, dear? Can I check it?”

Lagi-lagi Caca hanya bisa mengangguk lemas.

Uyon put his fingers over Caca’s most intimate part and then pressed it, feeling the wetness of that thing.

“You’re very wet, Ca. Buka aja ya biar nggak kotor?” kata Uyon sambil perlahan menurunkan perlindungan terakhir tubuh Caca. Tidak ada sehelai kain pun yang tersisa di tubuh Caca sekarang.

Uyon then continues to pleasure his girl with feathery kisses over her cleavage, down to her stomach, and finally reaches down there.

Uyon membuka lebar-lebar kaki Caca, menghujani bagian itu dengan kecupan-kecupan kecil sebelum akhirnya melahap makanan utamanya malam ini. Caca sudah kacau, hanya nafas berat dan erangan yang bisa ia keluarkan dari mulutnya. Gadis itu semakin kacau ketika Uyon memasukkan jarinya ke dalam sana.

“AAAH fuck- fuck!” Caca cannot help but swear. I mean, who doesn’t swear at this kind of situation?

“Language, Ca” Uyon menegur Caca, namun tidak menghentikan gerakannya yang malah membuat Caca semakin menggila.

“Since it’s your first time, I won’t add another one” lanjut Uyon.

“No.

Put more”

“Are you sure?” Uyon kaget dengan permintaan Caca.

“Yes, after that I want to touch yours” jawab Caca yakin.

Uyon tertawa melihat kelakuan Caca yang tiba-tiba demanding.

“Okay, sayang. Selesaiin yang ini dulu ya” and so Uyon puts another finger and makes Caca’s body tremble even more.

“Yonnnhh… Ahhh…. I’m close…”

“Let it out, sayang”

Caca reaches her high. She breathes heavily while Uyon tries to clean up the mess using his mouth.

“Giliran aku” Caca lalu mendorong Uyon hingga lelaki itu terbaring, lalu ia duduk di atas kaki Uyon, berdekatan dengan si ‘adek’. Namun, dia bingung harus melakukan apa.

“Kan, nggak ngerti kan mau ngapain? Sok tau sih kamu haha” ledek Uyon.

“Sebel… Yaudah ajarin cepet!” kata Caca sambil cemberut.

“Sini, pegang dulu dari luar celana aku” Uyon membawa tangan Caca dan meletakkannya di ‘situ’. Caca dengan sendirinya mengusap-usap daerah yang sedang ia pegang.

“Ahhh.. Anjing…”

“Language! Tadi marahin aku padahal sendirinya gitu”

“Sorry, sorry. Abis gitu aja udah enak banget, hngh- keluarin aja dari celana sekarang, Ca” suruh Uyon.

Caca perlahan menurunkan celana dalam Uyon dan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.

“Wooow...” Caca melihat benda itu dengan kagum, tetap sambil terus mengusap-usap benda itu. Uyon yang lagi enak jadi ketawa kenceng melihat reaksi Caca.

“HAHAHAHAHA! Asli Ca, kenapa sih kamu gemes banget?? Lagi kayak gini juga tetep gemesin?? Nangis nih aku”

“Tunda nangisnya, ini aku harus ngapain dulu?”

“Yaudah kocok aja ke atas bawah gitu”

Caca tanpa ragu menuruti perkataan Uyon. Dia tidak terlihat kaku, tidak terlihat seperti pertama kali melakukan hal ini.

“Ah- aaahhhh.... Ca, ca…. Enak banget please…”

“Cepetin Ca… Terus… Hnggh- aaaahhhh”

“Dikit lagi Ca… Dikit lagi… I’m close…”

“Ca awas… Nanti kamu kotor… Aaahhh…”

Caca malah mengarahkan barang yang dia pegang ke tubuhnya.

“Gapapa, kan aku belom mandi”

Soon after that, Uyon reaches his high. His fluid squirts all over Caca’s naked body.

“Maaf, yang, sorry sorry” Uyon buru-buru berdiri dan membantu membersihkan cairan tersebut dengan tisu.

“Yon… Marah nggak…”

“Marah kenapa?”

“Marah nggak kalo sampe sini dulu aja…? Aku capek ngantuk banget…” tanya Caca yang matanya benar-benar sudah tinggal 5 watt.

“Haha nggak lah, nggak marah” jawab Uyon sambil mengelus rambut Caca dan mengecup dahinya.

“Hehe maaci. Yaudah aku mandi dulu yaa” Caca berdiri untuk menuju ke kamar mandi.

“Eh tunggu, Ca” Uyon menarik tangan Caca, menahannya untuk pergi.

“Kenapa?”

“Bareng mandinya, hehe”