• Sunny Before Storm •

[Caca's POV]

“Mbaaak, ini bunganya mau ditaro dimana?”

“Taro di meja depan TV dulu aja, Caa. Ntar gue yang atur” teriak Mbak Ugi dari arah dapur.

Hari ini di rumah Uyon akan ada acara pertemuan keluarga terakhir sebelum pernikahan Mbak Ugi dan Mas Rio. Pertemuan keluarga ini akan dihadiri oleh saudara-saudara yang akan bertugas ketika pernikahan nanti. Karena gue tau mereka pasti bakal repot, kemarin gue inisiatif menawarkan diri ke Mama-nya Uyon untuk bantu beres-beres rumah. So, yeah, that's why I'm here today.

“Mau dibantuin apa lagi mbak?” tanya gue sambil menghampiri Mbak Ugi yang sedang menyusun kue di dapur.

“Hmm belom ada sih, Ca. Udah ih lo duduk aja dulu sana, gue nggak enak…”

“Ngapain nggak enak sih mbak, orang aku yang mau bantuin kok hehe”

“Lo disuruh Uyon ya bantuin gue?”

“Enggaaaa ih dibilangin aku yang inisiatif. Uyon gatau aku di sini tau, aku kemaren izin ke sininya sama Mama doang”

“Lah? Kok bisa? Emang itu anak kemana? Dari pagi emang belom keliatan sih” tanya Mbak Ugi sambil celingak-celinguk.

“Dia semaleman ngawasin konstruksi di tempat klien mbak, trus nginep di situ karena kecapekan. Mestinya lagi jalan pulang sih, paling bentar lagi dateng” jawab gue. Mbak Ugi menganggukkan kepala tanda mengerti.

“Tapi mbak, aku gapapa kan hari ini ke sini… Takutnya aku ganggu gitu kan aku bukan siapa-siapa…” kata gue lagi dengan nada pesimis.

“Bukan siapa-siapa gimana sih, lo kan calon ipar gue”

“Iiiihhhh apa sih mbak! Belom kaliiiii” gue sok malu-malu sambil memukul pelan pundak Mbak Ugi.

Padahal mah emang ngarep, hehe.

“Hahaha tapi nanti akan jadi kan anyway? Gapapa lah lo hari ini di sini, gue seneng malah, jadi nanti Uyon bisa kenalin lo ke saudara-saudara yang lain. Mama juga pasti nggak sabar banget deh pengen pamerin lo, yakin banget” jawab Mbak Ugi sambil tersenyum.

“Segitunya banget mbak sampe harus dipamerin…”

“Oh jelas, soalnya Uyon langganan diledekin karena nggak pernah punya gandengan. Siap-siap aja ya, Ca, hahaha”

“Ih mbak jadi takut…”

“Hahaha sans beb, keluarga gue nggak gigit kok”

Kita berdua tertawa sambil melanjutkan persiapan acara hari ini di dapur. Tidak lama kemudian, ada suara mobil yang diikuti suara pagar terbuka dari depan rumah.

“Tuh, pacar lo dateng, bukain pintu gih” suruh Mbak Ugi, gue pun dengan senang hati menuruti suruhan itu dan berlari kecil ke arah pintu depan. Gue nggak sabar banget ketemu Uyon, karena udah dua minggu kita nggak ketemu. Akhir-akhir ini Uyon sibuk banget dengan proyeknya jadi kita nggak bisa ketemu, cuma sekali waktu itu ketemu dan itu juga cuma dia kebetulan bisa jemput gue ke kantor, selesai anter gue dia langsung pergi ngerjain proyek lagi.

Kangen banget pokoknya. Se-kangen itu.

Gue membuka kecil pintu depan, menunggu Uyon turun dari mobil dulu baru gue muncul sebagai surprise buat dia. Setelah dia turun dari mobil, baru lah gue keluar, berdiri di pintu depan sambil tersenyum lebar, berharap dia melihat gue.

Tapi dianya malah sibuk ngurusin barang-barang di bagasi mobilnya, sama sekali nggak lihat gue. Dasar nggak peka… Akhirnya gue bersiul kecil, berusaha menarik perhatian dia supaya lihat ke arah gue.

Suit suit

“...Caca?” akhirnya Uyon nengok dan memandang gue dengan tampang heran. Dia lalu menghampiri gue dan memeluk gue.

“Kok kamu di sini sih?” tanya Uyon sambil memeluk gue kencang dan menciumi puncak kepala gue.

“Nggh, nggak bisa napas gimana mau jawab” kata gue yang lama-lama sesak karena pelukan dia.

“Eh iya iya sorry, kangen banget soalnyaaa” dia lalu melepas pelukannya.

“Kamu kan kemaren bilang hari ini di rumah ada acara, trus aku mikirnya kasian Mama sama Mbak Ugi mungkin kurang orang buat bantuin karena kamu sibuk kan, jadi kemaren kebetulan lagi telponan sama Mama aku tawarin aja buat bantuin hari ini hehe”

Uyon tidak bilang apa-apa, hanya merespon dengan senyuman lalu memeluk gue lagi.

“Makasih ya, sayang. Thank you for taking care of my family as if they’re yours. Aku bahkan nggak kepikiran itu, malah kamu yang inisiatif duluan. Akunya jadi nggak enak”

“Ih gapapa lah, toh kan aku nggak ada Ayah Ibu di Jakarta, jadi aku anggepnya Mama udah kayak Ibu aku sendiri aja hehe gapapa kan?”

“Ya gapapa lah!!! Kan nanti juga jadi Mama kamu”

“Is this… A proposal…?” gue mendongak memandang wajah Uyon sambil tersenyum jahil.

“Teaser. Baru teaser” Uyon mencium cepat bibir gue. “Nggak mungkin lah aku propose ke kamu gitu doang”

“Emang maunya gimana?”

“Ya nanti lah, kebelet banget kamu? Mbak Ugi aja belom kelar loh ini haha. Udah ah masuk yuk, aku mau mandi” Uyon lalu menarik tangan gue masuk ke dalam rumah.

***

[Uyon’s POV]

“Semuanya, kenalin ini Caca” gue memperkenalkan Caca di depan saudara-saudara gue yang saat ini sudah berkumpul di rumah untuk rapat pernikahan Mbak Ugi.

“Halo semuanya” kata Caca malu-malu, lalu disambut dengan meriah oleh semua orang di sana.

“Ya ampun! Akhirnya ya Mas Uyon ada gandengan hihihi”

“Iya nih! Cantik banget lagi gandengannya, cocok banget deh sama Mas Uyon”

“Gitu dong mas, bawa gandengan, jadi mamanya seneng kan nih, ya nggak jeng” kata tante gue sambil menyenggol Mama.

“Ahaha iya nih ya akhirnya, aku jadi khawatir loh ini jangan-jangan nggak cuma ditinggal nikah sama Ugi aja” Mama tertawa sambil ngelirik jahil ke gue.

“Wah?! Jadi udah ada rencana serius nih??” tanya bude gue, otomatis semua mata tertuju ke gue dan Caca.

“Ah, hahahah, dalam waktu dekat ini belom lah, Mbak Ugi dulu selesain, hehehe. Tapi doain aja ya ada kabar baik” kata gue melirik ke Caca dan tersenyum.

“Udah ah ini kan acaranya Mbak Ugi, kenapa jadi aku terus sih yang ditanyain haha. Mbak, ayo mulai rapatnya” gue bicara lagi mempersilahkan Mbak Ugi memulai rapat tersebut.

Rapat berlangsung lancar, namun memakan waktu cukup lama karena diselingi bercanda karena sudah lama keluarga kami tidak berkumpul seperti ini. Belum lagi ketunda jam makan siang, jadi makin lama saja rapat ini.

“Dek, lo sama Caca naik aja gih ke atas” bisik Mbak Ugi ketika kita lagi sama-sama menaruh piring kotor di dapur.

“Kan belom selesai rapatnya?”

“Gapapa, bagian lo udah kelar kok. Ini kalo pake bercanda terus masih lama kayaknya, kasian Caca. Kalian istirahat aja di atas”

“Yaudah, thank you mbak, kalo gue perlu ke bawah panggil aja ya” lalu Mbak Ugi mengangguk dan menyuruh gue dan Caca untuk istirahat.

***

“Yon, ini kita gapapa di sini aja? Nggak enak nggak sih sama yang lain…” tanya Caca sesaat setelah masuk ke kamar gue.

“Gapapa, Mbak Ugi yang nyuruh kok”

Gue lalu berbaring di tempat tidur dan meminta Caca untuk berbaring di sebelah gue.

“Sini Ca, bobo sebelah aku”

Caca berbaring di sebelah gue. Seperti biasanya, gue otomatis menjadikan dia sebagai guling gue. Gue mengusap-usap pipinya dengan pipi gue.

“Kangen banget unyel-unyel kamu”

“Yon ah! Geli tau! Kamu belom cukuran ya?” protes Caca.

“Gimana mau cukuran orang sibuk terus”

“Tadi sambil mandi kan bisa?”

“Lupa. Buru-buru mandinya soalnya mau cepet-cepet ketemu kamu”

“Hhhh nggak suka cowok brewokan”

“Padahal cowoknya aku loh?”

“Tetep nggak suka”

“Kenapa?”

Caca tiba-tiba mencium gue dan berkata:

“Soalnya kalo diginiin pipi sama dagu aku jadi geli”

Gue tertawa kecil melihat kelakuan gemasnya.

“Yaudah nanti aku cukur. Tapi sekarang tahan dikit dulu ya”

Gue membuat Caca berbaring terlentang sementara gue menahan badan gue di atasnya dan melumat bibir kecilnya. Man, it’s been a while since the last time we’re making-out like this. And now we’re doing it in my bedroom? I must be blessed.

Make-out session kita berlangsung cukup lama. Mungkin karena sudah terlalu kangen. Layaknya biasa makan tiga kali sehari, dua minggu kemarin kita seperti nggak makan sama sekali. Jadi sekalinya ketemu makanan, rakusnya minta ampun.

Namun tiba-tiba,

“Mmmh, Yon, stop”

“Hmm?”

***

[Caca’s POV]

Gue melepas ciuman Uyon untuk melihat satu foto yang ada di nakas sebelah tempat tidur ini. Mata gue tidak sengaja menangkap foto tersebut saat kita ciuman tadi.

Gue terus memandang foto itu tanpa berkata-kata. Namun tanpa sadar, air muka gue berubah, menampilkan ekspresi yang bahkan gue pun sulit memahaminya. Marah? Takut? Rasa apa ini?

Uyon kemudian tersadar gue sedang memandang foto itu, lalu dia langsung menutup foto tersebut.

“Siapa?” tanya gue.

“You won’t meet him anyway”

“But can I only know who he is?”

Uyon terdiam sebentar dan menjawab:

“Troublemaker.

The one who ditched our family.

My father”

Tears instantly fell out of my eyes.

“No, no, don’t cry baby. He’s nobody now”

’No, Uyon, I’m not crying because of you’

’I’m crying because’

’He’s the same guy from my worst memory’